Sejak
puluhan tahun yang lalu desa Tegowanuh (masyarakat sekitar lebih
familiar menyebut desa ini dengan nama desa Nggoano, ilat wong
temanggung biasa keselip, lebih mudah mengucapkan kata Nggoano daripada
Tegowanuh) sudah dikenal sebagai pusat industri gendheng (genteng) dan
batu bata. Apabila kita melewati desa yang terletak di jalan raya
temanggung – Kaloran KM 5 ini, kita akan melihat banyak sekali gendheng
dan batu bata yang sedang di jemur dan banyak rumah-rumah pembakaran
kedua bahan bangunan tersebut.
Banyak sekali warga desa tersebut yang secara turun temurun menggeluti usaha tersebut sebagai sumber penghidupanya, sehingga perekonomian masyarakat juga banyak dipengaruhi oleh maju mundurnya industri tersebut. Saking banyaknya penduduk yang terlibat dalam industri ini sampai muncul anekdot “bahwa penduduk Goano adalah penjual tanah air”, maksudnya penjual tanah dan air, yaitu gendheng dan batu batu yang note bene merupahan campuran antara tanah dan air (he..he..). Tetapi saat ini industri tersebut mulai mengalami kesulitan terhadap pengadaan bahan baku. Tanah sebagai bahan utama terkadang harus dibeli dari daerah lain, karena tanah bahan untuk gendheng mulai berkurang di situ, maklum saja karena sudah digunakan selama berpuluh-puluh tahun.
Kualitas barang yang diproduksi di sentra desa Goano ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Pengalaman yang panjang merupakan jaminan mengnai kualitas gendheng dan batu bata di sini. “Kami tidak mau memproduksi barang berkualitas rendah, karena itu akan mempengaruhi pemasaran kami pada waktu-waktu selanjutnya” demikian disampaikan oleh salah satu pengrajin di sana.
Pasca gempa di Bantul dan Yogyakarta beberapa waktu lalu sempat menjadikan industri ini penuh dengan pesanan. Banyaknya orang yang membangun rumah setelah rusak oleh gempa, menjadikan kebutuhan akan kedua bahan bangunan ini meningkat drastis. Keberhasilan panen tembakau sering juga merupakan barometer yang cukup signifikan terhadap kebutuhan bahan bangunan secara lokal.
Kita semua berharap industri ini akan terus berkembang dan mendapat perhatian serius dari pemerintah kabupaten. Perhatian tersebut dapat berupa bantuan promosi, pameran, pembinaan teknis dan menagemen, serta bantuan permodalan untuk membesarkan dan meningkatkan daya saing produk. Tanpa perhatian dari pemerintah, mungkin sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, gendheng Nggoano hanya akan menjadi kenangan karena kalah bersaing dengan gendheng dari pabrik-pabrik besar.
Banyak sekali warga desa tersebut yang secara turun temurun menggeluti usaha tersebut sebagai sumber penghidupanya, sehingga perekonomian masyarakat juga banyak dipengaruhi oleh maju mundurnya industri tersebut. Saking banyaknya penduduk yang terlibat dalam industri ini sampai muncul anekdot “bahwa penduduk Goano adalah penjual tanah air”, maksudnya penjual tanah dan air, yaitu gendheng dan batu batu yang note bene merupahan campuran antara tanah dan air (he..he..). Tetapi saat ini industri tersebut mulai mengalami kesulitan terhadap pengadaan bahan baku. Tanah sebagai bahan utama terkadang harus dibeli dari daerah lain, karena tanah bahan untuk gendheng mulai berkurang di situ, maklum saja karena sudah digunakan selama berpuluh-puluh tahun.
Kualitas barang yang diproduksi di sentra desa Goano ini sudah tidak perlu diragukan lagi. Pengalaman yang panjang merupakan jaminan mengnai kualitas gendheng dan batu bata di sini. “Kami tidak mau memproduksi barang berkualitas rendah, karena itu akan mempengaruhi pemasaran kami pada waktu-waktu selanjutnya” demikian disampaikan oleh salah satu pengrajin di sana.
Pasca gempa di Bantul dan Yogyakarta beberapa waktu lalu sempat menjadikan industri ini penuh dengan pesanan. Banyaknya orang yang membangun rumah setelah rusak oleh gempa, menjadikan kebutuhan akan kedua bahan bangunan ini meningkat drastis. Keberhasilan panen tembakau sering juga merupakan barometer yang cukup signifikan terhadap kebutuhan bahan bangunan secara lokal.
Kita semua berharap industri ini akan terus berkembang dan mendapat perhatian serius dari pemerintah kabupaten. Perhatian tersebut dapat berupa bantuan promosi, pameran, pembinaan teknis dan menagemen, serta bantuan permodalan untuk membesarkan dan meningkatkan daya saing produk. Tanpa perhatian dari pemerintah, mungkin sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, gendheng Nggoano hanya akan menjadi kenangan karena kalah bersaing dengan gendheng dari pabrik-pabrik besar.
sumber ;
http://serbaserbitemanggung.blogspot.com/2009/11/sentra-gendheng-genteng-dan-batu-bata.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar