Wirausaha Genteng
Tanah Liat Tiap Bulan Raih Rp 6 Juta
|
|
Meski saat ini beredar berbagai
jenis atap rumah, baik dalam bentuk genteng beton, seng, maupun seng berlapis
yang menjanjikan kekuatan dan kenyamanan, namun genteng tanah liat nampaknya
tidak pernah kehabisan pelanggan. Itu terbukti dari semakin banyaknya
pengrajin genteng tanah liat, seperti yang ada di daerah sentra industri
genteng tanah liat di daerah Godean, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Wirausahawan asal Godean yang dikenal cukup ulet, Sukiran misalnya, menggeluti usaha genteng tanah liat sejak muda sampai kini. Bahkan saat ini, anak-anak dan menantunya pun menggeluti usaha yang cukup menjanjikan kehidupan cukup layak ini. Terlebih saat ini keluarga Sukiran telah mempunyai sebuah mobil truk, sehingga keuntungan yang diperolehnya bisa semakin besar dibandingkan saat tidak memiliki kendaraan sendiri. Truk tersebut bisa berfungsi ganda, selain mengangkut bahan baku juga mengangkut genteng yang telah jadi untuk dipasarkan keberbagai toko bangunan baik yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta juga ke daerah lainnya termasuk Jakarta. Diakuinya, dulu sebelum mempunyai kendaraan sendiri, penghasilannya dari membuat genteng hanya habis untuk biaya transportasi. Antara lain, untuk mengangkut bahan baku yang letaknya sekitar 25 Km dari tempat tinggalnya, juga untuk mengangkut genteng yang sudah jadi sampai ke tangan pembeli. Andaipun ada kelebihan paling-paling hanya sedikit dan cukup untuk makan dan biaya sekolah anak. Karena keterbatasan inilah, Sukiran merasa pekerjaannya belum optimal. Untuk mengoptimalkan usahanya dia berusaha mencari pinjaman guna membeli kendaraan truk. Bermodalkan sertifikat tanah yang dimilikinya, dia datang ke Swamitra Godean untuk meminjam uang sebesar Rp 25 juta. Selain untuk tambahan membeli truk, sebagian lainnya digunakan untuk tambahan modal, sehingga usaha yang dikembangkannya bisa lebih besar lagi. "Alhamdulillah, akhirnya dalam waktu yang tidak terlalu lama, yaitu dalam waktu satu minggu, pinjaman yang saya ajukan ke Swamitra Godean dikabulkan. Sehingga, usaha yang saya kembangkan ini bisa kembali bergairah, bahkan lebih besar dari sebelumnya," ungkap Sukiran ceria. Swamitra Godean termasuk mitra dari Bank Bukopin, bank yang bermitra dengan Yayasan Dana Sejahtera Mandiri (Damandiri), sebuah yayasan yang aktif mengucurkan dana ke bank-bank mitranya. Dari satu truk tanah liat sebagai bahan baku pembuatan genteng dapat menghasilkan sebanyak 1000 buah genteng yang dikerjakan oleh Sukiran. Ia dibantu istri dan anak-anaknya, serta melibatkan tiga orang buruh yang di gaji secara mingguan. Dalam satu bulan bisa menghasilkan sebanyak 30.000 buah genteng dengan harga satuan genteng Rp 600, dan bila sudah sampai di toko bangunan harganya bisa mencapai antara Rp 1000 sampai Rp 1500. "Dari harga Rp 600 per buah ini saya memperoleh keuntungan sebesar Rp 200 per buah, sehingga keuntungan yang diperoleh dalam satu bulan mencapai Rp 6 juta. Keuntungan ini selain untuk membayar cicilan pinjaman juga untuk membayar bunga pinjaman yang 22 persen," paparnya. Alasan Sukiran memilih Swamitra sebagai lembaga keuangan untuk memenuhi pinjaman bagi modal usahanya tidak lain, karena petugas di Swamitra lebih kekeluargaan dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. "Dengan bank yang besar di kota-kota, masuknya saja saya sudah takut apalagi untuk mengajukan pinjaman," ucapnya jujur. "Di Swamitra, selain prosesnya tidak terlalu berbelit-belit, kalau ada apa-apa petugas dari Swamitra dan Bank Bukopin tidak segan-segan melakukan kunjungan ke rumah-rumah para nasabah. Terutama untuk menanyakan apakah ada kesulitan dalam pengembalian kredit," tambahnya. Berani bersaing "Meski saat ini banyak saingan, terutama dengan munculnya genteng cetak dari beton dan jenis atap lain yang keluaran pabrik yang saat ini sangat diminati oleh mereka yang dari golongan menengah ke atas, tapi untuk golongan menengah ke bawah mereka masih sangat membutuhkan genteng tanah liat buatan pengusaha kecil seperti kita-kita ini. Hal ini terbukti dari masih banyaknya permintaan genteng tanah liat buatan pengusaha kecil," tukas Sukiran. Agar genteng tanah liat tetap digemari oleh masyarakat dan menghadapi banyaknya saingan, yang dapat dilakukan oleh pengrajin genteng adalah dengan meningkatkan mutu genteng, terutama pada proses pembakarannya. Dengan cara itu masyarakat yang menjadi konsumennya tidak merasa dikecewakan. Berkat ketekunannya mengelola usaha genteng tanah liat, kini Sukiran berhasil membangun sebuah rumah berdinding tembok yang cukup besar. Itu ia lakukan karena anaknya cukup banyak yakni sembilan orang. Sedangkan halaman yang cukup luas ia jadikan sebagai tempat menjemur genteng yang telah dicetak. Karena proses penjemuran yang baik juga menjadi salah satu penentu kualitas genteng yang diproduksinya. RIS |
Sumber : http://www.gemari.or.id/artikel/451.shtml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar